SELAMATKAN ANAK KITA “Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!” Suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi, namun bermimik wajah lembut.. Ada apa gerangan..? Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara.. Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk.. Peluh masih membasahi sekujur punggung.. kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya' telah berkumandang.. Memang kami terlalu larut bermain.. Kamar itu sebenarnya sebuah garasi yang disulap menjadi tempat tidur bersama dan ruang serbaguna dengan penerangan lampu seadanya... Aa bersila diantara aku dan Kaka yang juga ikut bersila.. Kami sering disebut ‘Tiga Serangkai’ oleh tetangga karena selalu bertiga kemana-mana.. Ayah pun bersila di hadapan kami.. Wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang semakin membuat kami ciut.. _“Kenapa pulang selarut ini?”_ Ayah mulai menginterogasi kami.. Aa sebagai kakak lelaki pertama memposisikan diri sebagai juru bicara, dan ...